Bismillah Assalamu Alaikum
Pernah Ke Lombok? Ini adalah pengalaman ke Lombok di Tahun 2009 , kalau sekarang setelah gempa gimana y tampilannya . Gili
Trawangan adalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil atau gili yang
terdapat di sebelah barat laut Lombok. Trawangan juga satu-satunya gili
yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan
panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di
antara ketiga gili tersebut, Trawangan memiliki fasilitas untuk
wisatawan yang paling beragam; kedai “Tîr na Nôg” mengklaim bahwa
Trawangan adalah pulau terkecil di dunia yang ada bar Irlandia-nya.
Bagian paling padat penduduk adalah sebelah timur pulau ini.
Trawangan punya nuansa “pesta” lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau.
Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
Kali kedua saya iseng ke Lombok, salah satu tempat yang selalu ingin saya datangi adalah Gili Trawangan. Entah mengapa, Gili Trawangan selalu mempesona bagi saya. Entah pantainya ataupun suasananya. Pertama ke Gili Trawangan di tahun 2008, kesan pertama adalah indah dan ramai. Maklum saat itu peak seasson, sehingga bule-bule banyak berkeliaran di sepanjang jalan di Gili Trawangan.
Jadi serasa bukan di negeri sendiri. Namun kunjungan kedua saya kali ini kebetulan masuk low season, sehingga pemandangannya sedikit berbeda, karena tidak terlalu penuh.Jika kunjungan pertama saya, saya naik angkutan umum dari kota Mataram, yang rutenya Mataram – Rembiga – Pamenang disambung dengan naik kapal umum dari pelabuhan Bangsal menuju Gili, untuk kali ini saya menggunakan sepeda motor yang saya titipkan di Bangsal.
Daerah yang terindah saat melakukan perjalanan dari Mataram menuju Bangsal, menurut saya adalah ketika kita memasuki hutan Pusuk, yang terkenal dengan banyaknya monyet yang berkeliaran. Jika menggunakan angkutan umum saya tidak dapat singgah, kali ini saya bisa dengan leluasa singgah di beberapa spot yang cantik.
Satu jam perjalanan dari Mataram menuju Bangsal, lumayan membuat badan saya sedikit lelah. Tiba di Bangsal, kebetulan sudah ada public boat yang akan melaju menuju Gili Trawangan, sehingga saya tidak perlu menunggu terlalu lama dan terhindar dari para pedagang-pedagang yang kadang kala sudah sampai taraf mengganggu.
Setelah 30 menit berlalu, sampailah perahu kami di Gili Trawangan. Saya pun bergegas turun, kembali senang karena bisa menyentuh kembali air pantai Gili Trawangan. Terkesan kekanak-kanakan mungkin, tapi enatahlah, magnet apa yang bisa membuat saya selalu tertarik pada pulau yang satu ini. Namun kali ini ternyata beberapa wisatawan lokal harus mendata kan dirinya di pos keamanan yang terletak tidak jauh dari loket tiket gili. Aneh, kunjungan saya yang pertama tidak harus melewati prosedur seperti ini, tapi ya sudah lah, kita ikuti saja aturan mainnya.
Lepas dari pos pendataan pengunjung, saya pun bergegas mencari penginapan yang murah meriah. Tapi sebenarnya penginapan di Gili Trawangan ini masih dalam taraf agak mahal, untuk ukuran pelancong kere seperti saya. Sebenarnya bisa saja saya menumpang di pos penjagaan atau di beebrapa beruga yang ada di barat Gili Trawangan, tapi kali ini rasanya ingin sedikit bermanja-manja untuk urusan tempat menginap. Saya pun mendapatkan kamar yang agak murah di Unique Hotel yang letaknya di dekat jalan utama (sudah pasti agak mahal), namun yang terpenting akses internet nya, hehehehe…..
Selesai urusan check-in dan bongkar muat, saya pun menuju pantai untuk sekedar leyeh-leyeh menikmati cuaca yang sedikit mendung siang itu. Ada beberapa turis asing yang dengan santainya membuka atasannya (topless) dan kemudian berjemur di pinggir pantai. Pemandangan yang berbeda he-he-he…. Awalnya saya ingin ber-snorkeling di pantai sebelah barat, namun karena sudah pernah ber-snorkeling disini, saya pun mengurungkan niat tersebut. Dan tanpa terasa saya pun akhirnya terlelap di sebuah Beruga di pinggir pantai hingga sore menjelang.
Sayang saat itu cuaca kembali mendung, sehingga saya sudah bisa memprediksi tidak akan terlihat sunset yang indah. Saya pun kembali ke penginapan untuk mandi. Di Gili Trawangan, saya bisa setiap saat ingin mandi. Selain karena cuacanya yang panas, didukung juga air yang kita pergunakan untuk mandi adalah air asin, sehingga akan terasa lengket terus di badan ini. Sampai-sampai saya sering tertawa geli dalam hati jika sedang berjalan kaki di Gili Trawangan dan menemui ember air minum kuda-kuda penarik Cidomo, yang ternyata berisi air tawar dan hanya diperuntukkan untuk kuda-kuda tersebut. Ternyata di sini, kuda memegang kuasa, he-he-he…
Salah satu yang saya sukai dengan Gili Trawangan adalah kehidupan malamnya. Di sini, untuk urusan café to café memang lumayan menghibur. Dan untuk tiap malamnya, pasti ada saja beach party. Berbeda dengan café-café di Kuta Bali yang selalu menyediakan hiburan malam pada saat yang bersamaan, di Gili Trawangan terdapat giliran waktu bagi mereka, sehingga tiap hari pasti akan berbeda café mana yang akan mengadakan beach party. Sayang kali ini saya kurang begitu tertarik untuk menikmati hiburan malam di Gili Trawangan, sehingga setelah makan malam, saya memutuskan untuk menggunakan fasilitas internet penginapan.
Keesokan harinya, sebelum tengah hari, saya sudah meninggalkan Gili Trawangan. Agak terlalu cepat memang, namun hal itu dikarenakan saya masih ingin mengunjungi beberapa tempat di Lombok. Mungkin selanjutnya saya ingin berkunjung ke Gili Nanggu, yang saat ini sedang ramai dibicarakan karena keindahan pantainya.
Trawangan punya nuansa “pesta” lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau.
Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
Kali kedua saya iseng ke Lombok, salah satu tempat yang selalu ingin saya datangi adalah Gili Trawangan. Entah mengapa, Gili Trawangan selalu mempesona bagi saya. Entah pantainya ataupun suasananya. Pertama ke Gili Trawangan di tahun 2008, kesan pertama adalah indah dan ramai. Maklum saat itu peak seasson, sehingga bule-bule banyak berkeliaran di sepanjang jalan di Gili Trawangan.
Jadi serasa bukan di negeri sendiri. Namun kunjungan kedua saya kali ini kebetulan masuk low season, sehingga pemandangannya sedikit berbeda, karena tidak terlalu penuh.Jika kunjungan pertama saya, saya naik angkutan umum dari kota Mataram, yang rutenya Mataram – Rembiga – Pamenang disambung dengan naik kapal umum dari pelabuhan Bangsal menuju Gili, untuk kali ini saya menggunakan sepeda motor yang saya titipkan di Bangsal.
Daerah yang terindah saat melakukan perjalanan dari Mataram menuju Bangsal, menurut saya adalah ketika kita memasuki hutan Pusuk, yang terkenal dengan banyaknya monyet yang berkeliaran. Jika menggunakan angkutan umum saya tidak dapat singgah, kali ini saya bisa dengan leluasa singgah di beberapa spot yang cantik.
Satu jam perjalanan dari Mataram menuju Bangsal, lumayan membuat badan saya sedikit lelah. Tiba di Bangsal, kebetulan sudah ada public boat yang akan melaju menuju Gili Trawangan, sehingga saya tidak perlu menunggu terlalu lama dan terhindar dari para pedagang-pedagang yang kadang kala sudah sampai taraf mengganggu.
Setelah 30 menit berlalu, sampailah perahu kami di Gili Trawangan. Saya pun bergegas turun, kembali senang karena bisa menyentuh kembali air pantai Gili Trawangan. Terkesan kekanak-kanakan mungkin, tapi enatahlah, magnet apa yang bisa membuat saya selalu tertarik pada pulau yang satu ini. Namun kali ini ternyata beberapa wisatawan lokal harus mendata kan dirinya di pos keamanan yang terletak tidak jauh dari loket tiket gili. Aneh, kunjungan saya yang pertama tidak harus melewati prosedur seperti ini, tapi ya sudah lah, kita ikuti saja aturan mainnya.
Lepas dari pos pendataan pengunjung, saya pun bergegas mencari penginapan yang murah meriah. Tapi sebenarnya penginapan di Gili Trawangan ini masih dalam taraf agak mahal, untuk ukuran pelancong kere seperti saya. Sebenarnya bisa saja saya menumpang di pos penjagaan atau di beebrapa beruga yang ada di barat Gili Trawangan, tapi kali ini rasanya ingin sedikit bermanja-manja untuk urusan tempat menginap. Saya pun mendapatkan kamar yang agak murah di Unique Hotel yang letaknya di dekat jalan utama (sudah pasti agak mahal), namun yang terpenting akses internet nya, hehehehe…..
Selesai urusan check-in dan bongkar muat, saya pun menuju pantai untuk sekedar leyeh-leyeh menikmati cuaca yang sedikit mendung siang itu. Ada beberapa turis asing yang dengan santainya membuka atasannya (topless) dan kemudian berjemur di pinggir pantai. Pemandangan yang berbeda he-he-he…. Awalnya saya ingin ber-snorkeling di pantai sebelah barat, namun karena sudah pernah ber-snorkeling disini, saya pun mengurungkan niat tersebut. Dan tanpa terasa saya pun akhirnya terlelap di sebuah Beruga di pinggir pantai hingga sore menjelang.
Sayang saat itu cuaca kembali mendung, sehingga saya sudah bisa memprediksi tidak akan terlihat sunset yang indah. Saya pun kembali ke penginapan untuk mandi. Di Gili Trawangan, saya bisa setiap saat ingin mandi. Selain karena cuacanya yang panas, didukung juga air yang kita pergunakan untuk mandi adalah air asin, sehingga akan terasa lengket terus di badan ini. Sampai-sampai saya sering tertawa geli dalam hati jika sedang berjalan kaki di Gili Trawangan dan menemui ember air minum kuda-kuda penarik Cidomo, yang ternyata berisi air tawar dan hanya diperuntukkan untuk kuda-kuda tersebut. Ternyata di sini, kuda memegang kuasa, he-he-he…
Salah satu yang saya sukai dengan Gili Trawangan adalah kehidupan malamnya. Di sini, untuk urusan café to café memang lumayan menghibur. Dan untuk tiap malamnya, pasti ada saja beach party. Berbeda dengan café-café di Kuta Bali yang selalu menyediakan hiburan malam pada saat yang bersamaan, di Gili Trawangan terdapat giliran waktu bagi mereka, sehingga tiap hari pasti akan berbeda café mana yang akan mengadakan beach party. Sayang kali ini saya kurang begitu tertarik untuk menikmati hiburan malam di Gili Trawangan, sehingga setelah makan malam, saya memutuskan untuk menggunakan fasilitas internet penginapan.
Keesokan harinya, sebelum tengah hari, saya sudah meninggalkan Gili Trawangan. Agak terlalu cepat memang, namun hal itu dikarenakan saya masih ingin mengunjungi beberapa tempat di Lombok. Mungkin selanjutnya saya ingin berkunjung ke Gili Nanggu, yang saat ini sedang ramai dibicarakan karena keindahan pantainya.